Kedatangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 23 Rupat memunculkan momen haru yang menyita perhatian warganet. Para siswa terlihat sangat antusias saat menyambut makanan yang telah lama mereka nantikan. Sorak sorai, senyum lebar, dan ekspresi bahagia terekam dalam beberapa video yang kemudian viral di berbagai media sosial.
SDN 23 Rupat terletak di Kelurahan Tanjung Kapal, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Wilayah ini berada di Pulau Rupat, sebuah pulau yang berada di lepas pantai timur Sumatra dan dipisahkan oleh Selat Rupat dari Kota Dumai. Lokasi yang relatif terpencil tak menyurutkan semangat para siswa untuk bersekolah dan mengikuti setiap program yang mendukung tumbuh kembang mereka.
Momen kedatangan MBG di sekolah tersebut menggambarkan betapa berarti program ini bagi anak-anak di daerah pesisir dan pulau terluar. Banyak dari mereka yang mungkin belum terbiasa mendapat makanan bergizi secara rutin di sekolah, sehingga kehadiran MBG benar-benar dirasakan sebagai bentuk kepedulian langsung dari pemerintah.
Antusiasme para siswa pun membuat banyak warganet ikut terharu. Dalam komentar-komentar yang beredar, masyarakat menyampaikan rasa bangga melihat kegembiraan siswa-siswi di daerah terpencil, sekaligus berharap agar program serupa terus diperluas ke wilayah lain yang membutuhkan.
Selain nilai gizi, program MBG juga memberikan dorongan psikologis bagi anak-anak untuk tetap semangat dalam mengikuti proses belajar. Keceriaan mereka saat menerima makanan menunjukkan bahwa perhatian sederhana dapat menciptakan dampak besar terhadap motivasi dan kebahagiaan mereka.
Pulau Rupat sendiri memiliki akses transportasi yang tidak semudah wilayah daratan lain. Untuk menuju pulau tersebut, masyarakat harus menggunakan kapal roro dari Pelabuhan Sri Tanjung Dumai, dengan waktu perjalanan sekitar 30–50 menit dan tarif sekitar Rp10 ribu per orang. Meski terjangkau, perjalanan ini tetap membutuhkan waktu dan kesiapan cuaca.
Alternatif lainnya adalah menggunakan speedboat atau kapal cepat dengan waktu tempuh lebih singkat. Namun, biaya yang jauh lebih tinggi, sekitar Rp105 ribu, membuat sebagian masyarakat lebih memilih kapal roro. Kondisi inilah yang menjadikan kehadiran program seperti MBG sebagai bentuk nyata perhatian terhadap daerah dengan akses yang terbatas.
Pemerintah daerah dan pihak sekolah menyampaikan apresiasi atas hadirnya program tersebut. Mereka menyebut bahwa MBG tidak hanya meningkatkan kecukupan gizi murid, tetapi juga mempererat kebersamaan antara guru, siswa, dan masyarakat sekitar yang turut membantu pelaksanaan program.
Para guru di SDN 23 Rupat berharap keberlanjutan program ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Dengan kondisi kesehatan yang lebih baik, siswa diharapkan mampu berkonsentrasi, berprestasi, dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Momen haru yang terekam dari SDN 23 Rupat ini menjadi simbol bahwa pemerataan pembangunan, termasuk di bidang pendidikan dan gizi, masih terus diperjuangkan. Keceriaan para siswa adalah tanda bahwa setiap langkah kecil menuju kemajuan dapat membawa harapan besar bagi anak-anak di wilayah terpencil Indonesia.

