-->
  • Jelajahi

    Copyright © Bhumi Literasi Anak Bangsa
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


    Satu Kalimat yang Bisa Menghentikan Perjuangan Seorang Anak

    Bhumi Literasi
    Saturday, December 13, 2025, December 13, 2025 WIB Last Updated 2025-12-14T07:59:45Z

     


    Seorang anak lahir dengan rasa ingin tahu dan keberanian alami. Ia mencoba, jatuh, lalu bangkit kembali tanpa banyak perhitungan. Dalam pikirannya, kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari permainan belajar. Pada fase inilah kepercayaan diri tumbuh dengan murni, tanpa rasa takut yang berlebihan.

    Namun, kepercayaan itu sangat rapuh ketika berhadapan dengan kata-kata orang dewasa. Satu kalimat seperti, “Kamu tak akan mampu, Nak,” bisa mengubah cara seorang anak memandang dirinya sendiri. Bukan karena ia benar-benar tidak mampu, tetapi karena ia mulai mempercayai penilaian tersebut sebagai kebenaran.

    Kata-kata memiliki kekuatan yang sering kali diremehkan. Ucapan yang terdengar biasa bagi orang dewasa dapat menjadi penentu besar bagi dunia batin seorang anak. Apa yang didengar berulang kali akan perlahan berubah menjadi suara dalam pikirannya sendiri.

    Psikologi membuktikan bahwa sugesti negatif lebih cepat tertanam dibandingkan motivasi positif. Otak cenderung menyimpan peringatan dan ancaman sebagai bentuk perlindungan diri. Akibatnya, satu kalimat meremehkan bisa bertahan jauh lebih lama daripada puluhan pujian.

    Ketika sugesti negatif itu tertanam, anak mulai ragu untuk mencoba. Ia belajar menghindari risiko, takut salah, dan lebih memilih diam daripada gagal. Perlahan, semangat yang dulu menyala berubah menjadi kehati-hatian yang berlebihan.

    Lebih berbahaya lagi, keraguan tersebut bisa terbawa hingga dewasa. Banyak orang tumbuh dengan potensi besar, tetapi terhambat oleh keyakinan lama bahwa dirinya tidak cukup mampu. Bukan karena mereka lemah, melainkan karena pernah diyakinkan demikian sejak kecil.

    Lingkungan terdekat memegang peran paling besar dalam membentuk mental anak. Orang tua, guru, dan orang dewasa di sekitarnya adalah cermin pertama tempat ia melihat nilai dirinya. Dari merekalah anak belajar apakah dunia aman untuk mencoba atau justru penuh penghakiman.

    Memberi dukungan bukan berarti menutup mata dari kenyataan. Anak tetap perlu diarahkan, diingatkan, dan dibimbing dengan jujur. Namun ada perbedaan besar antara membimbing dengan kasih dan melemahkan dengan kata-kata yang mematahkan semangat.

    Kalimat sederhana seperti, “Coba lagi, kamu bisa belajar,” mampu membuka ruang keberanian. Kata-kata yang menguatkan memberi izin bagi anak untuk gagal tanpa kehilangan harga diri. Di situlah ketangguhan mental mulai terbentuk.

    Setiap kata yang kita ucapkan adalah warisan. Ia bisa menjadi luka yang membatasi langkah, atau bekal yang menguatkan perjalanan hidup. Maka, sebelum berbicara, ingatlah: satu kalimat bisa menghentikan perjuangan seorang anak, tetapi juga bisa menyalakan semangatnya seumur hidup.

    Komentar

    Tampilkan