Di era modern saat ini, peran orang tua, khususnya seorang Bunda (Ibu), sering kali dihadapkan pada berbagai tuntutan yang berjalan bersamaan. Bekerja dan menempuh pendidikan tinggi menjadi bagian dari upaya meningkatkan kualitas diri dan masa depan keluarga. Namun, di balik kesibukan tersebut, tanggung jawab utama sebagai orang tua tetap melekat dan tidak tergantikan.
Momen Mas Bhumi yang baru berusia tiga tahun belajar menulis bersama Bunda menjadi gambaran sederhana namun bermakna. Di usia yang masih sangat dini, anak membutuhkan pendampingan penuh, bukan hanya untuk mengenal huruf, tetapi juga untuk merasakan kehadiran dan perhatian orang tua. Kebersamaan seperti ini menjadi pondasi awal dalam proses tumbuh kembang anak.
Belajar menulis pada usia dini bukan semata-mata tentang hasil atau kemampuan akademik. Proses tersebut melatih koordinasi motorik halus, konsentrasi, serta kesabaran anak. Ketika Bunda mendampingi dengan penuh kasih, anak belajar bahwa proses belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan aman.
Di sisi lain, kehadiran Bunda dalam proses belajar juga memiliki dampak emosional yang besar. Anak merasa dicintai dan dihargai, sehingga tumbuh rasa percaya diri sejak dini. Perasaan aman inilah yang akan membentuk karakter anak dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Kesibukan bekerja dan kuliah sering kali menuntut pengorbanan waktu pribadi. Tidak sedikit orang tua yang merasa bersalah karena keterbatasan waktu bersama anak. Namun, kisah ini menunjukkan bahwa prioritas dapat diatur, dan waktu singkat pun bisa menjadi sangat bermakna jika diisi dengan perhatian penuh.
Peran Bunda di sini mencerminkan manajemen waktu dan komitmen yang kuat terhadap keluarga. Kehadiran yang konsisten, meski singkat, mampu menciptakan ikatan emosional yang erat. Hal ini membuktikan bahwa kualitas kebersamaan jauh lebih penting daripada lamanya waktu yang dihabiskan.
Hal ini juga mengingatkan bahwa pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga formal. Rumah adalah sekolah pertama, dan orang tua adalah guru utama. Nilai-nilai seperti kedisiplinan, kasih sayang, dan semangat belajar pertama kali diperkenalkan melalui interaksi sederhana sehari-hari.
Mas Bhumi, dengan usia yang masih belia, mungkin belum sepenuhnya memahami. Namun, memori kebersamaan ini akan terekam secara emosional dan memengaruhi cara pandangnya terhadap belajar dan keluarga di kemudian hari. Inilah investasi jangka panjang yang tidak ternilai.
Di tengah arus kehidupan yang serba cepat, kisah ini menjadi pengingat bahwa peran orang tua tidak boleh tergeser oleh kesibukan. Anak tidak menuntut kesempurnaan, melainkan kehadiran. Sentuhan, perhatian, dan waktu bersama menjadi kebutuhan utama yang tidak bisa digantikan.
Momen Mas Bhumi belajar menulis bersama Bunda adalah cerminan cinta yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Kesibukan boleh datang silih berganti, tetapi komitmen untuk selalu hadir bagi anak adalah fondasi utama dalam membangun generasi yang kuat, percaya diri, dan penuh kasih.

