-->
  • Jelajahi

    Copyright © Bhumi Literasi Anak Bangsa
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


    Kolonel Bayu Kurnianto: Bhumi Literasi Anak Bangsa, Gerakan Sunyi yang Menyalakan Cahaya Pengetahuan

    Bhumi Literasi
    Thursday, November 13, 2025, November 13, 2025 WIB Last Updated 2025-11-13T08:55:11Z

    Dalam pandangan Kolonel Bayu Kurnianto, Bhumi Literasi Anak Bangsa bukan sekadar komunitas yang bergerak di bidang baca-tulis, melainkan sebuah gerakan moral yang menyalakan cahaya pengetahuan di tengah tantangan zaman. Ia menilai bahwa di era digital saat ini, kemampuan literasi menjadi benteng utama untuk menjaga kejernihan berpikir dan keutuhan nilai-nilai bangsa. Literasi, menurutnya, bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga memahami, menafsirkan, dan mengamalkan nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

    Kolonel Bayu menyebut Bhumi Literasi Anak Bangsa sebagai “gerakan sunyi” karena para pegiatnya berproses dalam senyap, namun dampaknya sangat terasa. Mereka hadir di kampus, markas militer, sekolah, pesantren, dan pelosok negeri, membawa semangat perubahan dari akar rumput. Dalam kesederhanaan, mereka menghidupkan kembali budaya membaca yang mulai pudar akibat derasnya arus hiburan digital. "Gerakan ini ibarat lilin kecil di tengah gelap, tapi sinarnya mampu membangkitkan kesadaran banyak orang," ujarnya.

    Menurut Kolonel Bayu, tantangan terbesar literasi saat ini bukan pada kurangnya akses terhadap buku, tetapi pada menurunnya minat baca dan kemampuan berpikir kritis masyarakat. Informasi yang melimpah justru sering menenggelamkan makna. Di sinilah Bhumi Literasi Anak Bangsa mengambil peran penting: menumbuhkan kembali semangat membaca yang berorientasi pada pemahaman, bukan sekadar konsumsi informasi.

    Ia mengapresiasi inisiatif Rizal Mutaqin selaku pendiri Bhumi Literasi Anak Bangsa yang mampu menjembatani dunia pendidikan, militer, dan masyarakat sipil dalam satu visi yang sama: membangun Indonesia yang cerdas dan berkarakter. Kolonel Bayu menilai pendekatan Bhumi Literasi sangat khas karena tidak hanya berbicara tentang pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral, nasionalisme, dan spiritualitas.

    “Literasi sejati adalah literasi yang membentuk watak,” kata Kolonel Bayu. Ia menekankan bahwa bangsa yang berwatak kuat lahir dari generasi yang berpikir jernih dan berperasaan luhur. Literasi menjadi kunci untuk melahirkan generasi tersebut. Karena itu, ia mendorong agar program Bhumi Literasi terus diperluas hingga menjangkau sekolah-sekolah di daerah terpencil, terutama yang masih kekurangan fasilitas belajar.

    Dalam pandangan militer, lanjut Kolonel Bayu, literasi juga merupakan bagian dari pertahanan. Masyarakat yang cerdas dan melek informasi akan lebih sulit terprovokasi oleh hoaks, propaganda, maupun ideologi yang melemahkan persatuan bangsa. “Literasi bukan hanya urusan buku, tapi juga urusan menjaga ketahanan nasional,” tegasnya.

    Kolonel Bayu juga menyoroti pentingnya melibatkan prajurit dan keluarga besar TNI dalam kegiatan literasi. Ia percaya bahwa prajurit yang gemar membaca dan menulis akan menjadi teladan di lingkungan masyarakat. Literasi, baginya, adalah bagian dari pembangunan karakter prajurit sejati, yang tidak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga kuat dalam moral dan intelektual.

    Bhumi Literasi Anak Bangsa, menurutnya, telah menjadi wadah yang efektif untuk menanamkan semangat belajar sepanjang hayat. Kegiatan seperti bedah buku, pelatihan menulis, hingga seminar nasional menjadi bukti nyata bahwa literasi bisa menjadi gerakan sosial yang inklusif dan berdampak luas.

    Menutup pandangannya, Kolonel Bayu mengajak seluruh elemen bangsa untuk mendukung gerakan ini, baik dengan tenaga, pemikiran, maupun sumber daya. Ia meyakini bahwa setiap buku yang dibaca, setiap tulisan yang lahir, dan setiap anak yang terinspirasi dari gerakan literasi adalah investasi bagi masa depan bangsa.

    “Bangsa ini tidak akan jatuh selama rakyatnya mau belajar,” ujarnya. “Dan Bhumi Literasi Anak Bangsa telah menunjukkan bahwa secercah semangat bisa menyalakan api besar, api peradaban yang tumbuh dari kata, dari pengetahuan, dan dari cinta pada negeri.”

    Komentar

    Tampilkan