Dalam sebuah pernyataan yang menginspirasi, Mayjen TNI Dr. Nugraha Gumilar, M.Sc., selaku Pembina Bhumi Literasi Anak Bangsa, menegaskan bahwa kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh budaya literasi masyarakatnya. Menurutnya, bangsa yang maju bukan semata diukur dari kemajuan teknologi atau ekonomi, melainkan dari sejauh mana warganya mencintai ilmu pengetahuan melalui kebiasaan membaca.
“Negara yang maju adalah negara yang masyarakatnya gemar membaca. Buku adalah jendela ilmu, dan ilmu adalah kunci kemajuan,” ujar Mayjen Nugraha Gumilar dalam pernyataannya pada DPP Bhumi Literasi Anak Bangsa. Ucapan tersebut mencerminkan pandangan visioner seorang pemimpin militer yang memahami pentingnya literasi dalam membangun kualitas sumber daya manusia.
Mayjen Nugraha menilai, tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini bukan hanya pada aspek ekonomi atau pertahanan, melainkan pada rendahnya minat baca di kalangan generasi muda. Di tengah derasnya arus informasi digital, banyak masyarakat yang lebih sering mengonsumsi hiburan instan dibandingkan memperkaya wawasan melalui buku. “Kita sedang menghadapi paradoks informasi, banyak yang membaca, tapi sedikit yang memahami,” ujarnya.
Sebagai seorang tokoh TNI yang juga dikenal aktif dalam dunia pendidikan, Mayjen Nugraha berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan literasi nasional. Melalui Bhumi Literasi Anak Bangsa, ia mengajak para prajurit, pelajar, guru, hingga masyarakat umum untuk menjadikan membaca sebagai gaya hidup. Gerakan literasi, menurutnya, bukan hanya kegiatan akademis, melainkan gerakan kebangsaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bhumi Literasi Anak Bangsa sendiri merupakan wadah yang digagas untuk menumbuhkan minat menulis dan membaca di berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan remaja. Dengan dukungan tokoh-tokoh seperti Mayjen Nugraha Gumilar, gerakan ini semakin kokoh sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa melalui literasi. “Membaca membentuk cara berpikir, dan cara berpikir yang benar akan melahirkan tindakan yang benar,” tegasnya.
Dalam pandangan Mayjen Nugraha, buku bukan sekedar media belajar, tetapi juga sumber inspirasi dan refleksi diri. Ia mengajak masyarakat untuk tidak hanya membaca karya asing, tetapi juga mencintai karya penulis Indonesia yang sarat nilai moral dan kebijaksanaan lokal. “Buku adalah cermin budaya bangsa. Bangsa yang menghargai buku berarti bangsa yang menghargai pikirannya sendiri,” ujarnya penuh makna.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya peran keluarga dan sekolah dalam menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Menurutnya, budaya literasi tidak bisa tumbuh secara instan; perlu keteladanan dari orang tua dan pendidik agar anak-anak mengenal buku bukan sebagai kewajiban, melainkan kebutuhan. “Anak yang dibiasakan membaca akan tumbuh menjadi manusia pembelajar seumur hidup,” tambahnya.
Selain itu, Mayjen Nugraha juga menekankan bahwa literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca teks, tetapi juga memahami konteks, berpikir kritis, dan menulis gagasan. Di dunia militer sekalipun, literasi memegang peran penting dalam pengambilan keputusan strategis, analisis situasi, dan pengembangan kepemimpinan. “Prajurit yang literat akan menjadi prajurit yang bijak dan berwawasan luas,” ujarnya.
Pesan moral yang disampaikan Mayjen Nugraha Gumilar menjadi pengingat bahwa membangun bangsa tidak cukup dengan infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur intelektual. Masyarakat yang melek literasi akan lebih siap menghadapi perubahan zaman, karena ilmu menjadi fondasi dalam setiap langkah kemajuan.
Dengan semangat tersebut, Bhumi Literasi Anak Bangsa bersama Mayjen TNI Dr. Nugraha Gumilar terus berkomitmen menyalakan api literasi di seluruh penjuru negeri. Sebab, dari satu buku yang dibaca dengan kesadaran, dapat lahir satu generasi yang tercerahkan, dan dari satu generasi yang tercerahkan, akan lahir sebuah bangsa yang maju.
Mayjen TNI Dr. Nugraha Gumilar: Negara Maju Lahir dari Masyarakat yang Gemar Membaca

Komentar
Bhumi Literasi
