Gerakan literasi nasional kembali mendapat suntikan semangat baru dari kalangan penggerak literasi muda. Salah satunya datang dari Dwi Shinta Dharmopadni, CEO Bhumi Literasi Anak Bangsa, yang secara terbuka menyatakan dukungan penuhnya terhadap penguatan budaya membaca dan menulis di seluruh Indonesia. Dalam pernyataannya, Shinta menegaskan bahwa literasi bukan hanya soal kemampuan memahami teks, melainkan juga tentang membentuk karakter, pola pikir kritis, dan kepedulian terhadap lingkungan sosial.
Menurut Shinta, literasi adalah fondasi utama dalam membangun peradaban bangsa yang unggul dan berdaya saing. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas literasi untuk menghadirkan gerakan yang berkelanjutan dan berdampak luas. “Literasi tidak bisa berjalan sendiri. Ia butuh ekosistem yang hidup, ada pembaca, penulis, pendidik, dan ruang publik yang mendukung,” ujarnya dalam sebuah wawancara di Jakarta.
Bhumi Literasi Anak Bangsa, yang dipimpin oleh Shinta, selama ini dikenal sebagai wadah yang aktif menggerakkan minat baca dan menulis di kalangan anak muda. Melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan menulis, penerbitan karya anak bangsa, dan program literasi digital, lembaga ini berhasil menumbuhkan semangat berkarya di tengah derasnya arus teknologi informasi. Shinta meyakini bahwa literasi harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai humanisnya.
Lebih lanjut, Shinta menyoroti pentingnya menghadirkan gerakan literasi yang inklusif dan merata hingga ke pelosok negeri. Ia menegaskan bahwa literasi bukan hak istimewa masyarakat perkotaan semata, melainkan hak setiap anak bangsa di mana pun mereka berada. “Anak-anak di desa pun berhak mendapatkan akses pada buku, bacaan bermutu, dan ruang untuk berekspresi,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Shinta juga mengajak generasi muda untuk menjadi bagian dari perubahan melalui literasi. Ia menilai bahwa literasi dapat menjadi alat transformasi sosial yang kuat, membangun kesadaran, menumbuhkan empati, dan menggerakkan tindakan nyata. “Ketika seseorang membaca, ia membuka jendela dunia. Tapi ketika ia menulis, ia ikut membangun dunia itu,” tutur Shinta penuh semangat.
Dukungan Bhumi Literasi Anak Bangsa terhadap gerakan literasi nasional juga diwujudkan dalam sejumlah inisiatif nyata. Salah satunya adalah program “1000 Cerita untuk Anak Bangsa” yang bertujuan menumbuhkan budaya bercerita di lingkungan keluarga dan sekolah. Melalui program ini, Bhumi Literasi berusaha menjembatani jarak antara dunia anak dengan buku melalui pendekatan yang menyenangkan dan kontekstual.
Shinta menyadari bahwa tantangan literasi di era digital bukan hanya soal minat baca yang menurun, tetapi juga soal kemampuan memilah informasi. Ia menegaskan pentingnya literasi digital sebagai benteng melawan disinformasi dan hoaks yang marak di media sosial. “Melek huruf saja tidak cukup. Kita perlu melek informasi, melek media, dan melek data,” tegasnya.
Gerakan literasi nasional, menurut Shinta, akan semakin kuat jika digerakkan dengan semangat gotong royong. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta, mulai dari keluarga, sekolah, komunitas, hingga dunia usaha, agar literasi menjadi gaya hidup bersama. “Kalau literasi sudah jadi budaya, bangsa ini tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter,” ujarnya.
Dwi Shinta Dharmopadni menegaskan bahwa Bhumi Literasi Anak Bangsa akan terus menjadi mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam memperluas dampak gerakan literasi nasional. Dengan visi besar membangun generasi pembelajar sepanjang hayat, Shinta berharap langkah-langkah kecil yang dilakukan hari ini akan menjadi pijakan besar menuju Indonesia yang literat, berdaya, dan beradab. “Kami percaya, masa depan bangsa ini ditulis oleh tangan-tangan yang gemar membaca,” pungkasnya.
CEO Bhumi Literasi Anak Bangsa Nyatakan Dukungan Penuh untuk Gerakan Literasi Nasional

Komentar
Bhumi Literasi
