-->
  • Jelajahi

    Copyright © Bhumi Literasi Anak Bangsa
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


    Kisah Dosen yang Terseret Doanya Sendiri

    Bhumi Literasi
    Thursday, November 13, 2025, November 13, 2025 WIB Last Updated 2025-11-14T00:45:34Z

    Kisah inspiratif mengenai kekuatan ucapan kembali mencuat melalui tulisan Abdul Charis Fauzan yang berjudul “Ketika Candaan Berakhir Kenyataan”, pertama kali dipublikasikan pada 4 Juli 2015. Artikel tersebut mengisahkan perjalanan sederhana seorang siswa SMA yang tanpa disadari mengalami peristiwa luar biasa: candaan yang berubah menjadi kenyataan. Hingga kini, kisah tersebut terus menjadi pengingat tentang pentingnya berkata baik dan berhati-hati dengan apa yang diucapkan.

    Cerita bermula pada Agustus 2011, ketika sang penulis yang kala itu duduk di kelas 12 SMA memiliki kegemaran mbolang atau berpetualang mengunjungi tempat-tempat yang menarik. Pada akhir pekan itu, ia bersama tiga temannya; Dedi, Andrian, dan Bagus (yang akrab dipanggil Ndoweh), memutuskan berkunjung ke kampus-kampus ternama di Kota Malang. Perjalanan tersebut dilakukan tak lain untuk melihat-lihat suasana kampus yang mungkin akan menjadi tempat mereka melanjutkan studi setelah lulus SMA.

    Tujuan pertama mereka adalah Universitas Brawijaya (UB), sebuah kampus negeri bergengsi yang cukup populer di kalangan calon mahasiswa. Mereka menghabiskan waktu berkeliling hingga menjelang waktu Dhuhur. Rasa lelah mulai menghinggapi, membuat penulis menanyakan lokasi masjid kepada Dedi. Namun besarnya kawasan UB membuat mereka kesulitan menemukan tempat ibadah di area tersebut.

    Dalam kebingungan itu, Dedi mengingat adanya kampus Islam di dekat lokasi mereka, yang terkenal dengan atap bangunannya yang berwarna hijau. Dengan logika sederhana bahwa kampus Islam pasti memiliki masjid, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke sana. Tak disangka, kampus tersebut adalah UIN Maliki Malang, sebagaimana tertulis pada papan nama di gerbang depan.

    Setibanya di masjid kampus yang megah dengan dominasi warna kuning keemasan dan arsitektur bergaya Timur Tengah tersebut, penulis segera beristirahat karena kelelahan. Sementara itu, Ndoweh tampak asyik mengambil foto menggunakan ponselnya. Melihat hal itu, sang penulis pun meminta difotokan sambil menunjuk sebuah gedung besar di sekitar masjid.

    Dalam kelakar ringan, ia berkata, “Tahun depan, gedung itu jadi tempat saya kuliah.” Candaan yang terlontar tanpa keseriusan tersebut menjadi momen yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Saat mengucapkannya, ia sama sekali tidak berniat kuliah di UIN, bahkan tidak mengetahui gedung tersebut milik fakultas apa.

    Namun, satu tahun kemudian, tepatnya Agustus 2012, penulis justru benar-benar diterima kuliah di gedung yang sama, Gedung BJ. Habibie, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maliki Malang. Hal ini membuatnya tertegun dan merenungi sabda Rasulullah bahwa ucapan seseorang, meski sekedar candaan, dapat menjadi doa yang dikabulkan oleh Allah. Ia menyadari bahwa hidupnya seakan diarahkan menuju takdir yang pernah ia ucapkan tanpa sungguh-sungguh.

    Kisah tersebut menjadi pelajaran besar bagi sang penulis tentang betapa dahsyatnya kekuatan kata-kata. Ia merenungkan kemungkinan lain yang dapat terjadi jika saat itu ia mengucapkan perkataan yang buruk atau tidak pantas. Kesadaran inilah yang kemudian ia bagikan kepada pembaca sebagai pengingat agar selalu berkata baik dalam kondisi apa pun.

    Dalam tulisannya, penulis menegaskan bahwa manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Boleh jadi, apa yang dialami saat ini merupakan hasil dari ucapan yang terlontar di masa lalu, ucapan yang telah menjelma menjadi doa. Karena itu, menjaga lisan bukan hanya adab, melainkan juga ikhtiar untuk menjaga masa depan.

    Pengingat tersebut sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Israa’ ayat 53 yang berbunyi: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.” Ayat ini semakin menegaskan betapa ucapan memiliki dampak yang tidak boleh disepelekan. Kisah ini pun menjadi ilustrasi nyata bagaimana sebuah candaan dapat berubah menjadi kenyataan yang menentukan jalan hidup seseorang.

    Melalui artikel yang kini kembali dibicarakan, para pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah untuk mulai membiasakan diri berkata baik. Sebab, ucapan bukan sekedar rangkaian kata, melainkan cermin harapan dan doa yang suatu saat dapat menjadi takdir.

    Komentar

    Tampilkan